Belajar dari Pengalaman Suriah, Indonesia Harus Jaga Perdamaian

Adi/MWC NU Rambipuji : Kajian Rutin MWC NU Rambipuji, Jumat (22/01/2021), di Pondok Pesantren Sirajul Anwar Pecoro Rambipuji.

Rambipuji,pcnujember.or.id– Indonesia harus belajar banyak dari pengalaman Suriah yang hingga kini masih luluh lantak akibat peperangan. Hal itu disampaikan pendiri Pondok Pesantren Annur HA Rambigundam, Kyai Rahmatullah saat mengisi kajian rutin Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Rambipuji, Jumat (22/01/2021) di Pondok Pesantren Sirajul Anwar Pecoro Rambipuji.

Menurutnya, sebelum dilanda peperangan, kondisi Suriah mirip Indonesia seperti sekarang, baik dari sisi ritual keagamaan maupun amaliah fiqhiyahnya. “Kehancuran Suriah dimulai dengan berbagai badai fitnah terhadap para pemimpin yang berkuasa. Fitnah tersebut sengaja dimasifkan agar terjadi benturan antara pemangku kepentingan, terutama antara pemimpin dengan rakyat,” ujar Kyai Rahmatullah.

Baca juga : Haru Nenek Sebatang kara Saat Rumahnya Dibedah

Dalam ceramahnya Kyai Rahmatullah menjelaskan, salah satu propaganda yang dimainkan adalah memberikan label Syiah pada rezim yang berkuasa dan terjadinya pembantaian terhadap masyarakat sipil yang notabene kelompok Sunni. Isu tersebut menggelinding begitu saja tanpa dapat dikendalikan. Bahkan, hal tersebut menjadi muasal kehancuran negara Suriah.

“Suriah itu persis dengan kita, hidup damai, sholawatan dimana-dimana, banyak majelis pengajian dan segala rutinitas seperti kaum Sunni pada umumnya. Maka dari itu, jangan sampai negara Indonesia ini di Suriah-kan oleh kelompok yang tidak bertanggungjawab,” tuturnya.

Baca Juga : Masih Potensial, Digital Marketing Wajib Digandrungi Warga NU

Ia juga mengajak kepada semua pengurus MWC NU dan seluruh Ranting NU untuk tetap kompak dan tidak keluar dari NU, agar bisa mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Islam Ahlussunah Waljamaah Annahdiyah. Termasuk membendung fitnah kepada pemerintah yang sah, sekaligus pencegahan tindak pemberontakan. “Sebab, tidak pernah dalam sejarah, kelompok ahlussunah waljamaah melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah”, imbuh Kyai Rahmatullah.

Cara lain yang Ia sampaikan adalah tetap kompak dan tidak keluar dari NU, baik dari dimensi jam’iyah dan jemaah. Sebab kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan kejahatan yang terstruktur dengan baik. “Maka tidak ada istilah aktif memperjuangkan NU saat jadi pengurus dan abai terhadap program-programnya jika purna atau tidak lagi menjadi pengurus. Khidmat kepada NU adalah khidmat sampai akhir hayat karena tidak ada istilah alumni NU”, pungkasnya.

Reporter : Faizin Adi
Editor : Irwansyah GI