Melihat Kajian Rutin Lailatul Ijtima’ MWC NU Kaliwates

Kaliwates, pcnujember.or.id – Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kaliwates menggelar kajian rutin Lailatul Ijtima’ setiap hari Rabu Pon bersama seluruh ranting dan dihadiri ketua Lazisnu di Aula MWC NU Kaliwates, Selasa 2 Maret 2021.

“Tujuannya, beristighosah memanjatkan doa semata-mata mencari ridho dan maunah Allah swt serta meneruskan dan mempertahakan amaliyah dari para muassis, pendahulu, atau pendiri Nahdlatul Ulama ala Ahlussunah Wal Jama’ah,” ujar Ketua Tanfidziyah MWCNU Kaliwates Sunarto.

Menurut Sunarto, berkhidmat di Nahdlatul Ulama sangat penting bagi masing-masing ranting, seperti dengan memimpin talqin di setiap pengajian jika diminta, mengadakan sholawatan, dan amaliyah lainnya ala Ahlussunah Wal Jama’ah An-Nahdliyah.

Pembicara kajian, Ustadz Ari Widodo mengkritik tema yang diusung kajian ‘Kembali Kepada Al-Qur’an dan Hadits’. Menurutnya, slogan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits sekilas tampak benar. Tapi, kalau ditelusuri lagi itu salah sebab kalimat itu tidak bisa dipukul rata ke semua orang.

“Jika kita baca lagi, ngutip dari dawuhnya Sayyidina Ali yang mana arti kalimatnya benar susunannya benar tapi kalimat ini berbahaya jika disalah artikan, dari kalimat itu tidak semua orang diberi kecerdasan. Jadi kalau kita ingat persyaratan seseorang kalau mau kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits, harus paham bahasa arab dan butuh seperangkat ilmu,” jelasnya.

Selain itu, Ari menjelaskan, tema itu sebagaimana dawuhnya Imam Syarofuddin Al-Amiriti dalam Nadzom Tashilul Turuqot ini Nadzom Ushul Fiqih diantara syaratnya itu harus hafal Al-Qur’an dan Hadist serta sanad-sanadnya.

“Dalam memahami Al-Qur’an itu tidaklah mudah, harus menguasai tata bahasa arab (Ilmu nahwu sharaf). Tidak semua orang diberi pengetahuan yang luas (Cerdas), seseorang yang cerdas mungkin di satu bidang saja seperti cerdas di bidang fisika saja, orang cerdas tidak sepenuhnya diberikan kecerdasan mengenai ilmu agama,” katanya.

Jadi, sambung Ari, tidaklah mudah dalam menafsirkan Al-Qur’an yang hanya mengandalkan cetakan dari Kemenag. Maka tidak bisa dipaksa kalau orang harus berkaca hanya pada Al-Qur’an dan Hadits sebab zaman dahulu berbeda dengan zaman sekarang.

“Yang mana ijtihad dari para ulama pendahulu yang menjadi acuan untuk meneruskan ketentuan yang ada pada Al-Qur’an dan Hadits yang pembahasannya universal, sehingga menjadi sesuatu yang dapat dipahami atau mempermudah orang-orang agar dapat melanjutkan peradaban dan menjalankan kewajiban dan menjauhi segala larangan-Nya.” Jelasnya Ari Widodo.

Ustadz Ari mengaitkan momen hari besar Islam pada bulan Rajab saat ini. Momen Isra’ Mi’raj, bahayanya seseorang apabila langsung berhukum pada Qur’an dan hadits, dalam kitab tanwirul qulub halaman 75 yang mana intinya apabila dia memfatwakan sesuatu atas pemikirannya sendiri maka fatwa itu pemahaman yang sesat, salah, menyesatkan.

“Seperti halnya mempermasalahkan istiwak, yang mana kata Imam Malik bahwa istiwaknya Allah swt tidak perlu dipertanyakan melainkan harus diimani, karena apabila dipertanyakan maka akan menimbulkan pemikiran yang tidak karuan, rusak atau memikirkan hal yang dapat menghadirkan dosa,” pungkasnya.

Selain itu, Ustadz Ari menjelaskan, ibrah dari Isra’ Mi’raj sendiri yang pertama harus lebih siap menerima segala bentuk kedukaan, kesenangan dan yang lain karena dunia ini bukan surga juga bukan neraka melainkan dunia ini menjadi ladang dalam mencari ridho dan maunah Allah agar kelak dapat menuju surga bersama Rasulullah. Setiap ada kesulitan maka akan datang dua kemudahan.

Sekretaris MWC, Ust Sadi dalam kesempatan tersebut mensosialisasikan Kartau, “Program Kartanu Kaliwates kurang lebih 250 yang mengajukan permohonan, sebelum disetujui oleh PCNU, permohonan harus melewati PC Admin Kartanu MWC lalu akan direkom ke PCNU,” katanya.

Ustad Sadi mengaku siap hadir ke pengajian-pengajian atau kumpulan-kumpulan dalam hal pembuatan dan teknis cara membuat Kartanu via aplikasi yang mana harus membuat email dan lain sebagainya. Tak lupa pula program ini disuport oleh masing-masing Ranting.

Ketua LazisNU Jember Achmad Fathor Rosyid, M.Si, turut memberikan sambutan. Kata dia, LazisNU di kecamatan dikelola oleh MWC Kaliwates dalam pengawasannya oleh jajaran Syuriah MWC sendiri. Dia berharapa semua MWC bergerak bersama-sama ranting mengadakan programnya agar bisa menghidupkan Lazisnu di MWC masing-masing.

“Bupati, wakil bupati, kantor PCNU, bendahara ada di kaliwates, saya yakin kaliwates akan melebihi mwc yang ada di Jember karena dilogika seperti itu saja sudah dapat diperkirakan kalau Kaliwates LazisNU yang paling maju di tahun yang akan datang.” pungkasnya.

Sebelum acara ditutup, Ketua Tanfidziyah MWCNU Kaliwates Sunarto berpesan MWC NU Kaliwates memang strategis namun harus tetap mengikuti Cabang, “Insyaallah nanti akan kita kelola sendiri dan membentuk LazisNU untuk MWC agar dapat menjalankan apa yang telah dipesankan oleh ketua LazisNU Jember,” pesannya.

Sunarto berharap, Kartanu segera digerakkan dan dikoordinasikan dengan setiap ranting agar sekretaris MWC tidak terlalu berat tugasnya apabila diemban sendiri, “Beliau harus berjalan bersama dalam pembuatan Kartanu. Jadi, mari kita bersama-sama dengan ikhlas dalam berkhidmat untuk Nahdlatul Ulama,” pungkasnya.

Reporter : Mochammad Najibulloh
Editor: Robith Fahmi
Publiser: Robith Fahmi

Exit mobile version