Surabaya, pcnujember.or.id – Hadirnya teknologi kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI), telah masif digunakan untuk berbagai kebutuhan manusia. Namun dibalik kemudahan yang ditawarkan, AI juga membawa petaka jika tidak diantisipasi dan digunakan secara dengan bijak.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur, Sherlita Ratna Dewi Agustin, mengungkapkan bahwa penggunaan AI sudah banyak menggantikan peran dan tugas manusia, khususnya di dunia kerja.
Ia mencontohkan penggunaan teknologi AI seperti di China. Ada robot AI untuk drone pemadam kebakaran, lalu sistem parkir otomatis untuk mobil, hingga ada rumah sakit pertama yang memperkejakan 14 dokter robot AI yang siap tangani 3.000 pasien perhari.
“Kalau sudah paham IA, mungkin itu bisa membantu tugas-tugas kita. Tapi kalau tidak, ini yang bahaya. Jadi harus punya ilmunya dulu,” katanya, saat mengisi seminar Literasi Digital dan Kecerdasan Buatan (AI), di Aula KH Bisri Syansuri, Kantor PWNU Jawa Timur, Sabtu, (10/5/2025).
Ia juga mengungkapkan bahwa ada sejumlah profesi pekerjaan yang berpotensi digantikan AI, dalam beberapa tahun mendatang. Seperti tenaga jasa penyedia makanan, tenaga administrasi, tenaga transportasi, tenaga produksi manufaktur, konstruksi, ekstraksi, tenaga pengamanan, hingga sederet lainnya.
Lebih lanjut, Sherlita menilai penggunaan AI perlu diimbangi dengan pengetahuan yang memadai. Karena di dunia maya, potensi serangan digital sangat terbuka. Ia menyarankan agar pengguna gadget harus cerdas dalam melindungi data dan privasinya, agar terhindar dari kejahatan siber.
“Dampaknya tidak hanya soal hoax, disinformasi, atau kecanduan gadget saja, tapi soal keamanan data pribadi kita. Jadi, jangan pernah berikan data yang sifatnya pribadi ke aplikasi atau media yang terbuka. Misal nama kita, nomor WA kita, NIK, KTP dan sebagainya,” jelas dia.
Sherlita menambahkan, meski semua tugas yang disajikan AI memang memudahkan dan cepat, namun tidak jarang informasinya juga menyesatkan. Membuat penggunanya kecanduan dan ketergantungan.
“Semakin orang bergantung dengan IA dalam setiap tugasnya, semakin malas dan berkurang kekritisannya. Apalagi AI yang berlangganan, dia (AI) akan makin mengenal kita. Tapi kadang, AI ini ada ngaco-ngaconya, jadi kita tidak bisa menelan mentah-mentah hasil AI ini,” tambah dia.
Ia juga mengajak masyarakat untuk bijak menggunakan teknologi dan memahami potensi, termasuk segala risikonya. “Jadi AI ini memang tidak akan menggantikan manusia, tapi kita akan tergantikan oleh orang yang bisa AI, jadi kita harus memahami AI,” pungkasnya.
Editor: Maulana
Publisher: Irwansyah