Jember,pcnujember.or.id
Tablighi Jamaat, sebuah organisasi dakwah di India, yang mengadakan pertemuan pada pertengahan Maret di lingkungan seseorang bernama Nizamuddin, Delhi selatan, dipilih oleh polisi dan pemerintah setempat sebagai yang bertanggung jawab atas penyebaran virus corona di seluruh India. Pertemuan itu, yang telah diberi lampu hijau oleh otoritas Delhi, dihadiri oleh sekitar 8.000 orang, termasuk ratusan orang asing. Segera menjadi jelas bahwa banyak orang di itu tanpa sadar mengambil Covid-19 dan membawanya kembali ke kota-kota dan desa-desa di seluruh India.
Seperti diberitakan The Guardian (13/04/2020), para pemimpin senior Partai Bharatiya Janata (BJP), partai nasionalis Hindu yang berkuasa, menuduh Jamaah Tabligh melakukan “kejahatan Talibani”, menggambarkan anggota mereka sebagai “bom manusia, tetapi dengan kedok pasien koronavirus”, dan menyerukan agar pemimpin Jamaat Tabligh untuk digantung dan ditembak.
Menanggapi hal tersebut, Dr Zafarul-Islam Khan, ketua Komisi Minoritas Delhi, mengatakan bahwa sementara Tabligh Jamaat telah berpandangan sempit dalam mengadakan konvensi, ada “lusinan contoh pemerintah, partai politik dan kelompok agama lain yang juga mengabaikan pembatasan coronavirus dan berkumpul di angka besar”.
Dia menambahkan: “Tapi seluruh fokus diarahkan hanya pada Muslim. Dalam beberapa hari terakhir, kami telah mencatat gelombang serangan baru terhadap Muslim di seluruh negeri. Ada pembicaraan tentang boikot sosial terhadap Muslim, pelecehan terhadap Muslim oleh kelompok-kelompok Hindutva dan Muslim bahkan dilecehkan oleh polisi di berbagai bidang. ”
Menurut hemat penulis, perisitwa tersebut patut disayangkan mengingat seluruh dunia saat ini sedang berada di tengah situasi pandemi. Sedangkan masih ada sekolompok masyarakat justru menuduh kelompok masyarakat lainnya sebagai penyebar Covid. Apalagi yang menjadi sasaran adalah umat Muslim, yang hari ini sedang menjalani ibadah di bulan Ramadhan.
Oleh sebab itu, tidak boleh ada saling curiga antarkelompok masyarakat, khususnya jika sampai membawa agama. Pandemi Covid adalah masalah kemanusiaan. Ia seharusnya tidak ditanggapi dengan kebencian, melainkan saling bekerjasama.
Jika rasa takut dan panik terhadap virus dihubungkan dengan ketakutan, kecurigaan umat beragama yang lain terhadap umat Muslim, secara sadar atau tidak sadar, maka itu adalah pertanda buruk bagi kemanusiaan. Sebaliknya, jika umat antaragama saling bekerjasama, maka itu adalah pertanda baik bagi kemanusiaan.