Sumberbaru, pcnujember.or.id – Lantunan ayat suci Al-Qur’an mengalun khidmat, memadati ruang di Gedung MWCNU Sumberbaru, Ahad Pon (2/11). Puluhan jamaah yang memadati acara itu larut dalam kekhusyukan, menyambut agenda sakral: Khotmil Qur’an dan Doa Arwah.
Lebih dari sekadar ritual rutin, kegiatan bulanan ini telah menjadi napas spiritual warga Nahdliyin Sumberbaru. Acara yang dihadiri segenap pengurus MWCNU, jajaran Badan Otonom (Banom), dan perwakilan ranting se-Kecamatan Sumberbaru ini berhasil menciptakan harmoni antara ibadah, silaturahmi, dan refleksi sejarah.
Pemilihan hari Ahad Pon bukan tanpa makna. Hari itu sengaja dipilih karena bertepatan dengan momentum bersejarah lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) pada 16 Rajab 1344 H. “Ini bentuk kecintaan dan penghormatan kita pada para pendiri (muassis) NU. Kita bertawassul, memohon kekuatan lahir-batin untuk mengemban amanah organisasi ini,” tegas Ustaz Khotib, Ketua MWCNU Sumberbaru.
Suasana kian hangat dengan penjelasan spiritual dari Gus Minan. Dengan gaya bicaranya yang khas, ia menegaskan, “Berkumpul untuk membaca dan mendalami Al-Qur’an adalah undangan bagi ketenangan. Para malaikat akan turun memohonkan ampunan, dan Allah SWT pun menyebut-nyebut mereka dengan bangga di hadapan para malaikat-Nya.”
Sebelum acara berakhir, doa bersama dipimpin langsung oleh Ustadz Qosim, Rois Syuriah MWCNU Sumberbaru. Suaranya yang lantang dan penuh penghayatan mengalun, mendoakan keistiqamahan, ketenangan, dan keberkahan bagi segenap jamaah yang hadir.
Acara kemudian ditutup dengan ramah tamah, di mana para jamaah saling bersalaman dan bertukar kabar, menguatkan ikatan persaudaraan yang telah dijalin.
Dengan konsistensi menggelar acara semacam ini, MWCNU Sumberbaru tak hanya menjaga denyut nadi tradisi Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah, tetapi juga membingkai nilai-nilai spiritual, sosial, dan budaya lokal dalam satu panggung yang harmonis dan menenteramkan.
Reporter: Rizki Wahyudi
Editor: Irwansyah GI















Respon (1)