Sya’ban secara bahasa berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Makna ini selaras dengan posisi kedatangannya yang menyonsong Ramadhan. Artinya bulan ke delapan dalam penanggalan Hijriah tersebut berfungsi sebagai jalan menapaki kebaikan menuju puncak Ramadhan. Sya’ban letaknya di apit oleh dua bulan mulia, yakni Rajab dan Ramadhan, sehingga kerap kali “keistimewaanya” kurang mendapat perhatian, Sebagaimana Sabda Rasulullah:
ذاك شهر تغفل الناس عنه بين رجب ورمضان،
“Bulan Sya’ban adalah bulan yang (kemuliaannya) di lupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan”. (HR. Abu Dawud dan An-Nasai).
Meskipun tidak disebut sebagai Asyhurul hurum, namun Sya’ban Allah istimewakan dengan pelbagai peristiwa sejarah yang tidak terjadi pada bulan lain.
Diantaranya ialah pada bulan Sya’ban Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan ayat perintah bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam Surat al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Mengomentari ayat tersebut, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dalam Kitabnya al-Gunyah, Jilid 3 Halaman 342 mengatakan:
وهو شهر الصلاة على النبي المختار
“Sya’ban Ialah bulan bershalawat kepada Nabi pilihan”.
Senada dengan al-Jailani, Sayyid Muhammad bin Abbas al-Maliki dalam kitabnya Ma Dza fi Sya’ban, Halaman 25-26 mengatakan bahwa:
Di antara keistimewaan bulan Sya’ban ialah Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan ayat ini (al-ahzab: 56) pada bulan Sya’ban. Sayyid Muhammad lalu mengutip pendapat dari Imam Abu Daif al-Yamani dan Imam Syihabuddin Al-Qastilani yang menyatakan bahwa:
ان شهر شعبان شهر الصلاة على النبي لأن الاية “إن الله وملائكته يصلون على النبي” نزلت فيه
“Sesungguhnya bulan sya’ban ialah bulan shalawat, karena ayat tersebut turun di bulan itu (Sya’ban)”.
Sayyid Muhammad juga menampilkan salah satu Hadits yang diriwayatkan Imam ad Dailami yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah radiyallahu ‘anha:
شَعْباَنُ شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرُ اللِه وَشَعْبَانُ المُطَهِّرُ وَرَمَضَانُ المُكَفِّرُ
“Sya’ban adalah bulan (milik-ku), dan Ramadhan bulan (milik-Nya) Allah. Bulan Sya’ban menyucikan dan Ramadhan menghapuskan dosa”.
Mengomentari Hadits ini Sayyid Muhammad mengatakan:
قلت ويحتمل اضافته اليه صلى الله عليه وسلم لانه نزلت اية الصلاة والسلام على النبي.
“Kemungkinan Pengakuan Sya’ban sebagai bulan milik Nabi, karena ayat perintah bershalawat turun di bulan tersebut”.
Oleh karenanya Syekh Abdul Qadir al Jailani menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi pilihan di bulan Sya’ban Yang mulia.
M. Asep Jamaludin Az-Zahied, Sekretaris LBM PCNU Jember & Kordinator Bidang Aswaja For Masjid Aswaja NU center Jember.