MWC NU Panti, Peringatkan Bahaya Mengaji Tanpa Guru dan Sanad

pcnujember.or.id – Sabtu, (15/9) MWC NU Kecamatan Panti menggelar pengajian bersama majelis binaannya, Majelis Shalawat dan Taklim Dhoul Mustofa. acara tersebut bertempat di rumah K. Burhanuddin selaku ketua Ranting NU Serut, dihadiri oleh seluruh ranting NU beserta jamaahnya masing-masing dan BANOM NU di wilayah Kec. Panti. kegiatan ini digelar secara rutin pada malam Ahad Wage setiap bulannya dan berpindah-pindah dari setiap ranting yang ada di wilayah Kec. Panti.

Ust. H Saiful Rijal, Ketua MWC NU Kec. Panti menuturkan “ Kegiatan ini kami laksanakan setiap sebulan sekali, satu hari setelah lailatul ijtima’ dilaksanakan. Tujuannya, Pertama; Sebagai wadah warga Nahdliyyin untuk bershalawat dan mengaji kepada ulama yang mengisi acara tersebut. Kedua; Memperkuat ukhuwah di wilayah kami, baik ukhuwah Islamiyah, Wathoniyah dan Basyariah, dan menjalin keakraban antara warga NU dengan pengurus, karena selama ini jajaran pengurus MWC terkesan kurang dikenal dikalangan masyarakat khususnya warga nahdliyyin sendiri. Ketiga; memperkuat paham dan akidah Ahlussunnah Wal Jamaah An Nahdliyyah agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang keluar dari paham kita, ancaman-ancaman paham pemecah belah umat Islam dan ancaman paham kelompok yang mengancam keutuhan NKRI”.

Menyikapi semakin mudahnya masyarakat mengakses dan mengkonsumsi kajian-kajian agama yang di share melalui akun medsos maupun youtube. MWC NU Panti peringatkan bahaya mempelajari ilmu agama tanpa guru dan sanad yang jelas, sebab jika seseorang mempelajari agama tanpa bimbingan guru bisa mengakibatkan kesalahpahaman dalam mengartikan maupun menerapkan ayat Al Quran dan Hadits yang ia dengar, atau dia berguru tetapi kepada orang yang salah juga bisa menyesatkan dirinya dan keluarganya. Inilah mengapa di dalam tradisi keilmuan NU tetap memperhatikan sanad keilmuan yang dimiliki oleh para kiyai NU.

Mengapa teroris itu bisa ada, padahal mereka mengatasnamakan agama dalam perbuatannya. Jawabannya sederhana, sebenarnya Ayat dan Hadits yang mereka pelajari itu sama dengan yang dipelajari di pondok pesantren. tetapi sampai saat ini belum ditemukan adanya santri NU yang menjadi teroris. Ini bukti bahwa pengaruh dari sumber ilmu yang dipelajari sama, tapi melalui guru yang berbeda maka menghasilkan paham yang jauh berbeda pula. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asyari di dalam kitabnya Adabul Alim wa Al Muta’allim bahwa seorang murid itu akan terpengaruh oleh guru berdasarkan tingkat keilmuan yang dimiliki gurunya. [AAF]