Opini  

Sahabat Tercinta Nabi

Oleh: M. Iqbal Harimi

Perjuangan dan dakwah Nabi Muhammad SAW, melewati rintangan dan jalan terjal. Keberhasilan Nabi dalam menyebarkan agama Islam juga berkat dukungan dan pengorbanan para sahabat-sahabat setianya. Mereka rela mengorbankan harta dan nyawanya demi meraih kejayaan Islam dalam melawan para musuh-musuh Islam. Tak terkecuali sahabat yang paling dicintainya, yaitu Abu Bakar As Shiddiq RA.

Kebencian orang-orang kafir Quraisy Mekah, semakin menjadi-jadi setelah melihat Nabi mulai berani berdakwah secara terang-terangan. Kekuasaan mereka merasa terancam setelah pengikut Nabi semakin banyak.

Sayembara pun ditawarkan kepada para penjahat dan pembunuh terkemuka di Mekah, agar mereka yang dapat menangkap dan membunuh Nabi, akan diberikan imbalan yang sangat besar. Melihat rencana keji tersebut, Allah SWT. memerintahkan Nabi agar meninggalkan Mekah.

Nabi Muhammad SAW. mulai mengatur strategi, agar kepergiannya ke Madinah tidak diketahui oleh Abu Jahal dan para kawanan pembunuh lainnya. Beliau menemui Abu Bakar dan mengajaknya untuk menemani perjalanannya menuju Madinah.

Malam itu, 27 Shafar, tahun 14 Kenabian, rumah Rasulullah SAW sudah dikepung oleh sebelas pembunuh kelas kakap. Rencana keji ini dipimpin oleh Abu Jahal dan pamannya sendiri, Abu Lahab. Namun atas mukjizat Allah SWT, ketika Nabi keluar menuju rumah Abu Bakar, tidak ada satupun dari pembunuh itu yang dapat melihatnya.

Dari arah selatan Mekah, Abu Bakar bersama Nabi berjalan menuju ke arah Yaman. Mereka menempuh jarak 5 Mil, hingga sampai di bukit Tsur, Bukit yang tinggi, banyak bebatuan tajam dan terjal, mengakibatkan kaki mulia Nabi menjadi lecet berdarah. Dengan penuh cinta, Abu Bakar menuntun Nabi, hingga mereka sampai di Goa yang berada di puncak bukit.

Sesampainya di depan Goa, Abu Bakar berkata:
والله لا تدخله حتى أدخل قبلك، فإن كان فيه شيء أصابني دونك.
“Demi Allah, Janganlah engkau masuk, sebelum aku masuk. Karena jika di dalam sana ada sesuatu yang membahayakan, biarlah aku yang mengalaminya, bukan engkau”.

Dia masuk, lantas membersihkannya. Ia menemukan beberapa lubang di dinding Goa, Lantas merobek bajunya untuk menyumbat lubang-lubang yang ada. Ternyata kain yang di pakai tidak cukup untuk menyumbat semua lobang di Goa itu. Tersisa dua lubang, dan Abu Bakar menutupi dengan kedua kakinya.
“Masuklah”. Kata Abu Bakar kepada Rasulullah SAW.

Nabi pun masuk ke Goa, merebahkan kepalanya di pangkuan Sahabat setianya, hingga Ia tertidur. Beberapa saat kemudian, ternyata kaki Abu Bakar digigit hewan berbisa di balik lubang yang ia tutupi. Akan tetapi dia tidak berani bergerak sedikitpun, karena khawatir mengganggu istirahat Nabi.

Menahan rasa sakit yang luar biasa, tak terasa air matanya jatuh mengenai wajah mulia Rasulullah SAW.
Rasul pun terbangun dan bertanya;
“Apa yang terjadi, wahai Abu Bakar?”
“Aku tersengat, Wahai Rasulullah. Bapak dan Ibuku menjadi tebusanmu”. Jawabnya.

Lantas, Nabi meludahi kaki Abu Bakar, hingga rasa sakit yang ia rasakan menjadi hilang seketika.
Kisah di atas membuktikan bahwa Abu Bakar rela berkorban apapun demi perjuangan dakwah Nabi, bahkan ia siap jika nyawa sebagai taruhannya. Semua yang dilakukannya membuat Nabi kagum dan takjub.

Bayak hal luar biasa yang dilakukan Ayah Aisyah ini yang membuat sahabat dan musuhnya terkagum. Ia bahkan pernah memberikan seluruh hartanya kepada Nabi, untuk keperluan perang melawan Bizantium.

Usaha menaklukkan Bizantium, harus disertai peperangan yang sangat dahsyat. Sebab orang-orang muslim harus melawan pasukan kerajaan yang sangat kuat pada masa itu. Perang yang akan berlangsung dipertengahan musim panas ini membutuhkan dana yang besar.

Para sahabat pun berdatangan membawa sejumlah uang untuk diserahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak terkecuali Abu Bakar, Ia membawa seluruh hartanya untuk digunakan dalam peperangan tersebut.

Melihat kedermawanan Sahabatnya, Nabi terkagum dan bertanya;
“Apakah engkau masih menyisakan harta untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?”
“Aku telah menyisakan kepada mereka Allah SWT dan Rasul-Nya”. Jawab Abu Bakar. (HR. Abu Dawud. 1680).

Keikhlasannya dalam menegakkan kemenangan Islam, membuat dirinya tidak khawatir akan kekurangan ekonomi dalam keluarganya, sebab ia sudah berada pada maqom tawakkal karena keyakinannya kepada Allah SWT.
Jika seandainya Nabi diizinkan Allah SWT untuk memilih seoarang khalil (Kekasih), maka Abu Bakar lah yang akan dipilihnya.

Sebagaimana riwayat dalam sebuah Hadits :
لو كنت متخذا خليلا لاتخذت أبا بكر خليلا ولكنه أخي وصاحبي وقد اتخذ الله عز وجل صاحبكم خليلا
“Jika seandainya aku diperbolehkan memilih seorang khalil, niscaya aku jadikan Abu Bakar sebagai khalilku, namun Ia adalah saudara dan sahabatku, Allah SWT telah menjadikan sahabat kalian ini (Muhammad SAW) sebagai Khalil-Nya”. (HR. Muslim. 6322).

Demikianlah keistimewaan pada diri Abu Bakar. Cintanya kepada Nabi, melebihi cintanya kepada keluarga dan dirinya sendiri. Kisah ini sebagai i’tibar bagi kita, agar semangat kita dalam membantu perjuangan dan dakwah agama Islam tidak surut dalam keadaan bagaimanapun. Sebab Allah SWT tidak akan mendiamkan orang-orang yang menyebarkan Syariat-Nya.