Jember- Ketua LTTNU Cabang NU Jember wakili Pokjaluh Jawa Timur Muhammad Muslim asal Kemenag Jember raih juara dua pada ajang kompetisi Penyuluh Agama Islam Teladan Se-Indonesia (28/9) di Jakarta dengan bekal dua program unggulan yaitu Lapas ala Pondok Pesantren dan Aswaja Center.
Suatu kebanggaan bagi Jawa Timur khususnya kabupaten Jember yang salah satu utusannya telah meraih juara kedua terbaik dalam ajang Penyuluh Agama Islam Teladan tingkat Nasional ke-9 yang dilaksanakan di Jakarta dengan melibatkan utusan dari 34 provinsi.
Salah satu apresiasi di lontarkan oleh Kepala Kementrian Agama Kabupaten Jember Mohammad Fathur Rozi, hal ini sebagaimana di sampaikan bahwa “suatu kebanggaan untuk Jember bisa menjadi juara 2 lomba Penyuluh Agama Islam Nasional”.
“Ini akan menjadi motivasi bagi penyuluh lainnya,untuk selalu berinovasi dan berkreasi,” tambahnya saat memberikan sambutan diacara Pembinaan Penyuluh se-Jember di gedung PSBB (30/9).
Dalam perlombaan tersebut terbilang ketat, sebab diikuti oleh perwakilan dari 34 provinsi dan bahkan ada yang sudah dari sebagian peserta ada yg sudah dua kali bahkan tiga kalinya mengikuti ajang yang sama. Ketua Kelompok Kerja Penyuluh (POKJALUH) Jember yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Cabang Jember berkata diiringi syukur, “ada 34 Provinsi se Indonesia yang ikut dalam perlombaan memaparkan program unggulan dari setiap daerah kabupaten dan kota, pada semi final saya ada pada urutan ke 8, ketika masuk final alhamdulillah saya juara dua”.
Program unggulan yang angkat oleh ketua Pokjaluh tersebut yakni Program Penyuluhan Agama pada Lembaga Pemasyarakatan yang mendidik para nara pidana dengan kegiatan keagamaan, dan Program Aswaja Center yang menjadikan Masjid Cingho Jember sebagai tempat memperdalam ilmu agama kepada para Muallaf Tionghoa.
Tidak hanya itu, berbekal sebelas program Penyuluhan Agama Islam dengan dua program unggulan tersebut telah mengantarkan bapak setengah baya kelahiran Madura itu sebagai juara dua tingkat Nasional yang diikutinya untuk kali pertama. Bapak Alumni pondok pesantren An-Nuqoyah Guluk-guluk sumenep itu mengakui betapa sulitnya untuk memperoleh juara tersebut, sebagaimana ungkapnya, “Tidak mudah sebenernya untuk bertarung di skala nasional, karena banyak tahapan yang membutuhkan ketelitian dan keuletan, mulai dari uji administratif, sampai pemaparan makalah”. (Rdl)