Mars Syubbanul Wathan dan Shalawat An-Nahdliyah Bergema di Bumi Mayang

Ahmad Daniyal/MWCNU Mayang: Doa bersama dan santunan anak yatim oleh MWCNU Mayang, Jumat (21/8/2020) kemarin.

Mayang, pcnujember.or.id – Bertepat di momen HUT RI ke-75 dan Muharram 1442 H, Majelis Wakil Cabang Nadhlatul Ulama Mayang (MWCNU) menggelar doa bersama dan santunan yatim piatu, Jum’at(21 Agustus 2020) di Aula Madrasah Qur’an MI Raudlatul Jannah Tegalrejo, Mayang.

Agenda yang rutin tiap tahun itu juga dimeriahkan segenap jajaran ranting dan anak ranting, Banom, lembaga-lembaga, kader PKPNU, pengurus takmir masjid, guru ngaji hingga warga NU setempat di Kecamatan Mayang.

Baca juga : MWCNU Mayang Peringati Kemerdekaan Bersama Anak Yatim Piatu

Nuansa khidmat dan khusu’ kian terasa tatkala pembacaan tawasul yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan: Mars Syubbanul Wathan dan Shalawat An-Nahdliyah. Sebagai sebuah tanda kecintaan mendalam kepada bangsa, negara dan NU.

Dalam sambutannya, ketua MWCNU Mayang KH Ahmad Daniyal menyampaikan mengenai pentingnya ketersambungan sanad keilmuan warga NU. Karena NU adalah organisasi yang berbasis kepada ketersambungan transmisi (sanad). Baik sanad keilmuan maupun sanad perjuangan. “Sanad keilmuan NU terjaga dengan baik hingga ke ulama-ulama, kyai dan masyayikh yang ikhlas dan istiqomah belajar mengajar dan menulis,” ujarnya.

Baca juga :Bangun Kemandirian Pangan Keluarga Melalui Budidaya Sayuran

Menurutnya, sanad-sanad itu tersambung dan tidak pernah terputus, hingga ke Rasulallah SAW. Seperti sanad keilmuan yang diwariskan oleh Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari, yang mewariskan sanad perjuangan agama dan perjuangan bangsa. Bahkan berada pada barisan terdepan. “Dengan demikian, karakter ulama NU adalah Ulama’ al Mujahid. Ulama dan pejuang sekaligus,” imbuhnya.

Lebih jauh KH Abdul Hadi wakil ketua PCNU Jember dalam tausiah menguraikan orientasi pendidikan karakter bagi bangsa. Menurut pria yang juga rektor di Universitas Islam Jember itu, krisis moral akhlaqul karimah pada generasi bangsa akan menjadi petaka bagi masa depan bangsa. “Kalau mau selamat, maju dan berprestasi, kuncinya adalah Akhlaq,” tegasnya.

Ia menambahkan, dalam konteks berorganisasi di NU, prioritas pada program-program yang membumi dan menyentuh warga NU paling bawah. “Jika bukan kita yang mengayomi, lalu siapa lagi yang akan mengedukasi mereka, warga Nu?,” tambahnya. Diakhir agenda tersebut, disambung dengan santunan yatim piatu dan istighosah serta ditutup dengan makan tumpeng bersama.

Editor : Maulana