Jas Hijau, Jangan Sekali-kali Lupakan Jasa Ulama
LTNNU  

Pancasila Ekstraksi dari Nilai-nilai al-Qur’an

Muhammad Fauzinuddin Faiz/LTN NU: Penyampaian materi seminar kebangsaan oleh Ketua LTN NU Jember, Sabtu (22/08/2020)

Jember, pcnujember.or.id- Sudah sepatutnya memahami teks Al-Qur’an harus mempertimbangkan konteks, baik di mana Al-Qur’an diturunkan maupun ruang di mana Al-Qur’an akan diaplikasikan. Banyak terjadi penggiringan opini masyarakat yang menuai kontroversi bahwa Pancasila tidak sesuai dengan Al-Qur’an. Opini tersebut justru mebimbulkan keraguan masyarakat antara Pancasila dengan Al-Qur’an.

Menafsirkan dan mengaktualkan Al-Qur’an sangat perlu mempertimbangkan konteks dan nilai-nilai lokalitas sesuai apa yang telah dicontohkan oleh suri tauladan kita Nabi Muhammad S.AW. “Karena, keduanya tidak bertentangan, baik secara konsep maupun praktis,” jelas Muhammad Fauzinuddin Faiz saat menjadi narasumber dalam Seminar Kebangsaan yang digelar secara virtual di Jember, Jawa Timur, Sabtu (22/8/2020) malam.

Baca juga : Bangun Kemandirian Pangan Keluarga Melalui Budidaya Sayuran

Menurutnya,Pancasila merupakan ekstrak dari nilai-nilai Al Qur-an.  Kita tidak bermaksud menguji keislaman Pancasila dengan menghadirkan ayat-ayat legitimasi sebagaimana yang telah banyak dilakukan. Sebaliknya, kita ingin mengatakan bahwa Pancasila adalah sebuah keniscayaan dasar ideologi bangsa. Dengan begitu, Al-Qur’an sebagai sumber pertama harus diaktualkan dengan melibatkan nilai dari sila Pancasila, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan

NU telah memutuskan bahwa NKRI adalah bentuk final dan Pancasila sebagai Ideologi Negara yang artinya negara telah memberikan wewenang kepada kaum muslimin untuk melakukan tauhid. Inilah yang dimaksud mendialogkan teks (Al-Qur’an) dan konteks (bangsa Indonesia). “Bukan bermaksud menundukkan Al-Qur’an di bawah bayang-bayang Pancasila, tetapi Al-Qur’an tetap menjadi sumber utama sedangkan nilai Pancasila sebagai wadah mengaktualkan nilai-nilai Al-Qur’an,” Jelasnya selaku Ketua PC LTN NU Jember.

Selain itu seorang muslim juga harus tunduk pada Pancasila. Artinya segala tindakannya tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Untuk memahami teks Al-Qur’an harus mempertimbangkan konteks, baik di mana Al-Qur’an diturunkan maupun ruang di mana akan diaplikasikan.

Baca juga : Mars Syubbanul Wathan dan Shalawat An-Nahdliyah Bergema di Bumi Mayang

Seyogyanya, penafsiran pada konteks keindonesiaan harus mengikuti cara Nabi, yaitu melibatkan dan mempertimbangkan konteks, nilai-nilai, kultur, adat-istiadat bangsa Indonesia. Bangsa ini punya sejarah dan nilai-nilai yang penting dipertimbangkan dalam memproduksi pemahaman-pemahaman Al-Qur’an.“Hal tersebut meniscayakan untuk tidak buta  terhadap konteks dan realitas sosial yang kita hadapi,” terang Faiz yang juga Dosen IAIN Jember.

Dikatakan Faiz, Pancasila mampu menyatukan suku, bahasa, budaya dan agama, dalam satu bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila menjadi identitas diri bangsa Indonesia. Jika ia diganti, maka sama artinya dengan mengubah Indonesia itu sendiri dan resiko yang muncul terjadinya disintegrasi bangsa dan konflik berkepanjangan. “Karenanya, Pancasila harus dijaga oleh semua elemen bangsa,”  pungkasnya dalam seminar yang digelar oleh Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi IPNU-IPPNU IAIN Jember.

Editor : Irwansyah GI