Sumberjambe,pcnujember.or.id– Banyak cara dalam memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Seperti cara unik yang dilakukan Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Jember, yaitu Sakola Mamaca, Selasa (16/03/2021) di Pondok Pesantren Asy Syifa, Kecamatan Sumberjambe.
Sakola Mamaca merupakan program Lesbumi Jember sebagai upaya pelestarian salah satu kesenian tradisional di Nusantara, yaitu mamaca atau macopat. Program tersebut bertujuan untuk meneruskan tradisi-tradisi para leluhur kepada generasi muda kaum milenial. Sehingga akan tercipta generasi penerus yang handal dalam melakukan, memahami, dan menginterpretasi macopat.
Baca juga : Harlah Muslimat ke-75, Momentum Merefleksikan Tujuan Organisasi
Acara yang berlangsung di Masjid Nurus Shobirin Ponpes Asy Syifa Cumedak, Sumberjambe tersebut didukung penuh oleh Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jember.
Dr. Hobri, ketua ISNU Jember mengatakan bahwa pelestarian budaya merupakan tanggung jawab bersama dan oleh berbagai pihak. Salah satu budaya yang dimaksud yaitu budaya mamaca/macopat di masyarakat terutama masyarakat Madura dan Jawa. Komunitasnya saat ini semakin langka, bahkan hanya ditekuni sebagian kecil masyarakat.
“Ini tidak bisa kita biarkan begitu saja, harus ada kesadaran bersama,” jelas Hobri yang juga Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jember. Lanjutnya melalui lembaga kami, berupaya agar tradisi mamaca masuk dalam kurikulum lokal. Kita siap menerbitkan sertifikat atau surat keterangan kompetensi atau keahlian sebagai bukti kelulusan.
Senada dengan KH. Nisful Laily Iskamil, Pengasuh Ponpes Asy-Syifa yang mengatakan bahwa Sakola Mamaca merupakan program yang tepat pada saat ini, sebab sangat dibutuhkan untuk pelestarian tradisi mamaca.
Baca juga : Cara Ansor Sumberbaru Khidmat untuk NU
“Setelah saya amati dan pahami, ternyata dalam teks mamaca itu terkandung nilai-nilai luar biasa yang bersumber dari Islam” ujar Kyai Nisful Laily. Ia menegaskan keterkaitan itu sangat kental dengan sejarah Nabi Muhammad maupun terkait ajaran Islam yang lain. Ini adalah bukti bahwa tradisi mamaca tidak bersebrangan dengan pokok-pokok syariat Islam.
Sementara itu, Siswanto, ketua Lesbumi Jember menyampaikan bahwa Sakola Mamaca adalah program yang akan terus bergulir menjadi pertemuan rutin.
“Akan ada pertemuan berikutnya yang nantinya lebih fokus pada teknik-teknik dasar membaca teks mamaca, mulai mengenal metrum atau tembang, latihan membaca, pembukuan dan dokumentasi naskah mamaca,” ungkapnya.
Dengan adanya program tersebut, Bapak Nurul dan Bapak Nursia, pelaku tradisi mamaca yang didapuk sebagai pemateri mengaku sangat senang jika ada generasi muda yang ingin belajar mamaca. “Kami sudah 30 tahun mengabdikan diri (melestarikan tradisi mamaca),” jelasnya. Ia berharap semoga dengan adanya program ini, ada yang kelak meneruskan kami.
Reporter : Sutrisno-Fandrik
Editor : Irwansyah GI
Publisher : Irwansyah GI