Ledokombo, pcnujember.or.id – Mendung sedang menggelayut di langit Selatan tatkala sore itu (22/10/2020) seratus lima puluhan santri Ledokombo berbaris di halaman Rumah Tahfidz Nuruzzaman mengikuti upacara memperingati Hari Santri Nasional. Tak hanya anak-anak, dua puluhan ibu-ibu perwakilan muslimatan limat titik juga turut mengikuti upacara tahunan ini.
Tilulit ti tililulit, dug drududug drududug, suara keyboard mini dan snare mengalun dari balik bukit membuat sebagian besar peserta upacara menoleh, menanti kedatangan rombongan marching band.
Para santri rintisan pesantren ini penasaran dengan performa kelompok musik siswa-siswi MTs dan MI yang baru beberapa hari berlatih ini. Terdengar lagu berganti. Kini lagu Man Ana terdengar mendekat.
Setelah melewati barisan peserta upacara, para pemain marching band tak lantas duduk, mereka bergabung dalam barisan peserta di sisi Selatan, di tanah tak rata.
Bu Rip yang sejak tadi berdiri di ujung pasukan paling kanan bergegas berjalan ke tengah. Siap grak, serunya singkat menyiapkan pasukan.
Seperti biasa, komandan upacara di tempat ini adalah perempuan aktivis Muslimat Anak Ranting yang juga mantan pekerja migran.
Baca Juga: Pekerja Migran dan Kebijakan Pemerintah di Lingkaran Pandemi Covid-19
Mengenang Fragmen Sejarah Perjuangaan Ulama dan Santri melalui Upacara Hari Santri
Ustadz Muhammad Ali, dalam amanahnya sebagai pembina upacara mengajak santri mengenang fragmen sejarah perjuangan ulama dan santri dalam perang kemerdekaan dan merebut kembali kemerdekaan. Ketua Ranting NU Sumbersalak ini juga berpesan agar para santri berperan aktif menjaga kemerdekaan ala santri.
Dalam upacara ini, para santriwan dan santriwatipun bersama menyanyikan Mars HSN sembari mengibarkan bendera kecil warna hijau putih. Para peserta kemudian melantunkan lagu Ya Lal Wathan dengan heroik. Usai mengikuti upacara sederhana namun meriah ini, para santri berpakaian serba hijau ini melanjutkan acara dengan berlomba ‘lari bendera”.
Reporter: Mochammad Zaka Ardiansyah