Rais Syuriah PCNU Jember : Kearifan Orang NU Ya Menjaga dan Merawat Tradisi

Irwansyah GI/PCNU Jember : Pengajian Aswaja bersama Kyai Muhyiddin Abdusshomad, Senin (29/03/2021) di Kantor PCNU Jember.

Kaliwates, pcnujember.or.id – Duk, tak, duk, duk, tak! Duk, tak, duk, duk, tak! Bunyi rebana iringi lantunan sholawat saat kegiatan rutin Lailatul Ijtima PCNU Jember, Senin malam Selasa Kliwon (29/03/2021) di Auditorium PCNU Jember. Gema sholawatan itu menyejukkan dan menenangkan hati warga Nahdliyin yang mengikuti kegiatan tersebut.

Sesaat kemudian suasana menjadi sepi, tenang, damai. Saat Kyai Muhyiddin Abdusshomad Rais Syuriah PCNU Jember memasuki ruangan, menebar senyum menyapa warga Nahdliyin. “Menjaga dan merawat tradisi ajaran aswaja adalah tugas kita sebagai warga NU,” katanya, saat membuka pengajian aswaja.

Baca juga : Setelah Tanggul, Kini Sudah 15 MWC yang Memiliki LazizNU

Beberapa audien terlihat khusuk, seperti terbakar api semangat untuk berkhidmat di NU. Kyai pun mulai menerangkan materi tentang amaliah di bulan Sya’ban dan Ramadhan. Beragam tradisi yang memberi dampak positif, baik terhadap pribadi seseorang maupun kepada masyarakat secara kolektif hendaklah dijaga, bahkan harus terus dirawat agar tidak ‘punah’ meski zaman terus berkembang.

Setiap amaliah, lanjut Kyai, yang berbentuk ibadah mahdhah itu harus ada nash (teks) dari al-Quran atau al- Hadist, bukan tafsir, ta’wil, atau Qiyas (akal). Namun karena keterbatasan Nash, sementara kasus dalam ibadah maupun muamalah itu terus berkembang sepanjang zaman maka akhirnya tidak dapat dihindari untuk menggunakan tafsir, ta’win atau qiyas.

Irwansyah GI/PCNU Jember : Pengajian Aswaja bersama Kyai Muhyiddin Abdusshomad, Senin (29/03/2021) di Kantor PCNU Jember.

Kyai menceritakan, subhanallah, Maha Suci Allah yang telah menjadikan bangsa di Nusantara ini beragama Islam, yang tumbuh kembangnya dibangun oleh ulama kita dan juru dakwah terdahulu. Cara ulama kita dulu yakni jika suatu tradisi masih bisa dicari benang merahnya dengan syariah maka ditolerir. “Sedangkan tradisi yang bertentangan dengan syariah itu ditinggalkan,” jelasnya

Baca juga : Tiga Tujuan Utama Konferensi Fatayat NU

Penyampaian Kyai mencambuk semangat warga NU bahwa NU tidak main-main dalam menjaga agama, bangsa dan negara. Lanjut Kyai, kearifan seperti ini yang menjadikan umat islam Indonesia hidup berhiaskan kedamaian yang ditopang keimanan yang tak tergoyahkan.Walaupun dijajah selama 350 tahun, iman dan Islam mereka tetap terpatri di dada “laksana karang di tengah lautan yang tak goyah oleh deburan ombak yang dahsyat sekalipun” Kyai imbuhnya.

Di akhir Kyai mengajak kepada warga Nahdliyin untuk menjaga tradisi amaliah masyarakat. Sekarang bulan Sya’ban ya seperti Sholat pada Nishfu Sya’ban, doa-doa, ziarah kubur, megengan, puasa dan tradisi lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah.

Reporter : Irwansyah GI