Jember, pcnujember.or.id
Menghadapi era yang tidak lagi mengandalkan banyak tenaga manusia, dimana lebih banyak ke era digital, PC Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Jember terus merancang strategi bagi para kadernya agar melek menghadapi era sains dan teknologi.
Oleh karena itu PMII Jember mendesain kajian diskusi online dengan tema “The Strategy of PMII in Fancing the Era Sains and Technology,” Selasa (21/04) via aplikasi zoom.
Baijuri, Ketua PC PMII Jember menegaskan, kader PMII harus terus bergerak dan siap menghadapi tantangan revolusi industri.
“di era yang serba cepat, teknologi semakin canggih, perkembangan ilmu semakin pesat ini, kader PMII harus mampu mengejawantahkan ke arah yang lebih positif, dapat memberikan sumbangsih kepada bangsa dan negara terutama kepada tubuh PMII itu sendiri. Sehingga kader PMII tidak termakan oleh digitalisasi teknologi”, tegasnya.
Baca juga: Harlah PMII ke-60 di Tengah Kepungan Covid-19
“Kader hari ini jangan hanya menjadi penikmat sejarah, tapi jadikan hari ini jalan untuk mencetak sejarah, jangan sampai tergerus oleh zaman, melainkan kehidupan hari ini lawan dengan berkarya, kreatifit dan inovatif. Kader PMII harus maju, berdikari dan bermartabat” Tegasnya lagi.
Dialog online ini manghadirkan tiga calon ketua PB PMII kader Jatim, Zulfahmy Wahab, Davida Ruston Khusen dan Muhammad Abdullah Syukri, diikuti 70 partisipan dari beberapa daerah di Nusantara.
Alvian Zainal Ansori selaku moderator mengatakan, antusias peserta terlihat dalam dialog online itu, sebab kerangka teoritik yang disampaikan oleh tiga pemateri sangat berbobot.
“Diskusi sangat responsif, selama hampir 3 jam, lebih 30 penanya saling lempar argumentasi, sampai-sampai saya sendiri tidak mampu menampung seluruh pertanyaan dengan waktu yang singkat ini,” ungkap Alvian.
Zulfahmy Wahab, dalam paparannya menegaskan bahwa dentuman babak baru di era teknologi informasi ini perlu adanya pengembangan sumber daya yang utuh dan mapan dalam menghadapi problematika zaman, salah satunya dengan Reskilling dan Upskilling.
“Reskilling itu sebuah tahap pendampingan dan pembinaan terhadap kader dan anggota, agar tetap memiliki integritas. Upskilling memiliki makna memberikan berbagai treatment untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan kapasitas dari tiap kader dan anggota,” papar Zulfahmy
“Termasuk di dalamnya sebuah gagasan PMII inovation center, sebagai metode apresiasi menjawab kebutuhan PMII kedepannya,” lanjutnya.
Senada dengan Zulfahmy, Davida Ruston Khusen melihat peran PMII harus menilik kembali bagaimana kesejarahan terjadinya era baru ini, bermula pada revolusi industri pertama yang menekankan pada pertumbuhan koginitif hingga revolusi industri keempat. dan Titik temunya pada teknologi informasi, sehingga memasuki distruption era, dimana semua hal mulai terdigitalisasi.
“Namun kemajuan teknologi bisa mempermudah kerja manusia atau malah membawa bad impact,” kata Davida Ruston.
Bad impact yang dimaksud ialah semakin malasnya terhadap pengerjaan sesuatu hal. Termasuk saat ini millenial urban perlu menjaga proporsinya, meski organisasi bukan pilihan kesukaan tapi PMII perlu membentuk cara baru dalam mengambil peran tersebut.
Baca juga: Kopri PMII Bahas “Sustainable Development Goals dan Covid-19: Menjaga Kesetaraan Gender”
Di sesi akhir, M Abdullah syukri berbicara tentang konsepsi keagamaan bisa berjalan dengan ilmu pengetahuan, kemudian PMII tidak hanya mengerjakan program layaknya EO, tapi menumbuhkan sifat & ciri khas PMII itu sendiri.
Ia memuat juga di dalamnya sebuah portal berita di media sosial, agar PMII memiliki agregat terhadap counter wacana yang dimunculkan oleh kalangan tertentu yang ingin merusak citra keislaman.
Termasuk pendapatnya juga menyoal peran PMII saat ini, menyusun konsepsi jenjang kaderisasi seperti Mapaba, PKD atau PKL bersifat online di masa pandemi covid-19 saat ini.
Pewarta: Winatafendi
Editor: Iqbal
Baca juga: NU Rambipuji Salurkan 100 Paket Sembako Ringankan Beban Warga